MENGAPA SISTEM CODE BLUE PENTING ?
Sumber WHO menyatakan CVD (Cardio Vascular Disease) adalah pembunuh nomor satu dan terbesar jumlahnya pada sejarah peradaban manusia. Jumlah korban yang meninggal dunia setiap tahunnya melebihi jumlah korban dari penyebab-penyebab lainnya. CODE BLUE adalah kode isyarat yang digunakan dalam rumah sakit yang menandakan adanya seorang pasien yang sedang mengalami serangan jantung (Cardiac Arrest) atau mengalami situasi gagal nafas akut (Respiratory Arrest) dan situasi darurat lainnya yang menyangkut dengan nyawa pasien. Dalam bahasa aslinya berbunyi sebagai berikut,"Code Blue is a declaration of or a state of medical emergency and call for medical personnel and equipment to attempt to resuscitate a patient especially when in cardiac arrest or respiratory distress or failure". Demikian disampaikan Sucipto,SST narasumber pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) pada pelatihan 5 Wajib di RSUD Wonosari .
Pengetahuan dasar dan pelatihan Resusitasi Jantung Paru (RJP) yang tepat dapat menjadikan siapapun bisa membantu menyelamatkan korban henti jantung mendadak. Ilmu bermanfaat ini juga mampu memperpanjang kesempatan hidup. Sucipto mengatakan bahwa pertolongan dalam golden period terhadap korban henti jantung dapat membantu risiko hidup korban lebih tinggi dan terhindar dari rusaknya jaringan otak. Dalam kondisi henti jantung di mana korban berhenti bernapas dan tidak sadar, diperlukan pertolongan RJP antara nol hingga sepuluh menit pertama untuk menghindari kerusakan jaringan otak.
Pemberian RJP ini dikenal dengan singkatan DRCAB.
1. Perhatikan kondisi sekitar (Danger). Saat melihat korban yang tidak sadarkan diri seperti korban serangan jantung, tersambar petir, atau korban kecelakaan, penting melihat kondisi sekitar untuk memastikan keamanan dalam menolong korban. "Perhatikan apakah kondisi sekitar aman bagi korban, si penolong, dan orang lain yang berada di sekitar. Hal ini penting agar si penolong tidak terkena bahaya seperti sisa arus listrik dan lainnya," ucap Sucipto..
2. Cek respon (Response). Cek respon atau kesadaran dilakukan saat penolong memastikan bahwa kondisi sekitar aman. Penilaian tingkat kesadaran korban dapat dilakukan dalam empat tahap. Pertama, cek apakah korban sadar? Apakah korban merespon dengan panggilan suara? Apakah korban merespon apabila ada pemberian rasa sakit, seperti ditepuk pundaknya. Jika tidak memberikan respon, mintalah seseorang untuk menghubungi ambulan, mengambil P3k dan Defibrilator Eksternal Otomatis (AED), jika ada. Selain itu, cek apakah korban bernapas atau tidak. Jika tidak, korban baru bisa mendapatkan penanganan CPR. Pengecekan napas bisa dilakukan dengan melihat pergerakan dada.
3. Kompresi dada (Compression) RJP atau CPR adalah kombinasi tindakan kompresi dada dan bantuan napas. Ketika jantung tidak bisa berdetak, kompresi dada diperlukan untuk sirkulasi darah yang membawa oksigen. Agar kompresi dada efektif, maka korban harus dalam posisi terlentang pada permukaan rata dan keras.Langkah melakukan kompresi dada dewasa yaitu dengan memberikan penekanan pada dada sebanyak 30 kali penekanan dengan kedalaman 5 sampai 6 cm. Lokasi penekanan berada pada pertengahan dada yaitu di bawah tulang sternum.
4. Jalan napas (Airway) Setelah memberikan 30 kali kompresi dada, buka jalan napas dengan menggunakan cara meletakkan satu tangan di dahi korban dan tengadahkan kepala korban. Kemudian letakkan ujung jari di bawah dagu korban, kemudian angkat dagunya. Posisi ini akan mempertahankan jalan napas tetap terbuka.
5. Berikan bantuan napas (Breathing) Berikan bantuan napas sebanyak dua kali. Setiap tiupan dilakukan selama 1 detik dan terlihat dada terangkat.
(pkrs)
- By admin
- 25 Januari 2019
- 17